September 16, 2008

Tirta Yatra ke Pura Cariu – Petilasan Maha Rsi Agastya

Sekitar pukul 16.15 WIB. Seluruh peserta TIRTA YATRA telah berkumpul di Pura Segara. rencana keberangkatan yang semula dijadwalkan pukul 16.30 WIB dengan suka rela kami tunda dikarenakan ROMO JATI mesti melakukan "MUPUT" upacara PANGRUATAN dan kamipun ikut lebur dalam upacara tersebut. UPACARA yang menjadi tradisi turun temurun warisan LELUHUR ini memang seharusnyalah tetap dilestarikan.

Pukul 19.45 WIB. Upacara selesai dan kamipun segera bersiap-siap untuk melakukan perjalanan. Dengan berbekal tekad dan hasrat yang kuat kamipun mulai beranjak membelah malam. Seperti biasa petuah-petuah bijak dari ROMO JATI pun membahana menerobos relung hati dan menghiasi setiap kelokan jalan yang kami lalui. Gelapnya malam dan jalan yang rusak merupakan seni tersendiri bagi kami. Kadang beberapa dari kamipun meski berjalan kaki menerobos onak dan duri untuk sekedar memastikan agar rombongan tak salah jalan.

Jam 00.14 WIB. kamipun tiba dan disambut oleh Kang Ace, nuansa akrab penuh KASIH PERSAUDARAAN pun terjalin. Kang Ace pulalah yang berkenan membukakan Gerbang Pintu Utama yang sempat kami terobos tadi lantaran dilingkari Kunci Gembok yang besar dan tebal. Adapun jarak antara gerbang pintu utama dan lokasi Pura kurang lebih 500 meter.

Segera setelah membasuh muka dan berganti pakaian kamipun larut dalam nuansa HENING sesaat TRISANDYA pun mengalun indah membahana menghiasi sepinya malam. Bait demi bait kami uncarkan dengan penuh kesungguhan sebagai ungkapan BAKTI yang tulus. Setelahnya kami lanjutkan dengan PANCA SEMBAH, suara AGUNG Romo Jati saat memandu benar-benar telah membawa kami dalam nuansa yang LUAR BIASA yang tentu saja sulit untuk diuraikan dengan kata. Usai Panca Sembah kamipun melakukan MEDITASI…, HENING.., SEPI.. dan INDAH…, tak ada lagi yang menarik perhatian “telinga” ini, Aum….Aum…Aum hanya suara itu saja yang menggema dalam batin ini, hanya suara itu yang memenuhi relung hati tak ada yang lain…

Usai sembahyang dan MEDITASI sekitar jam 02.18 dinihari, kamipun mulai menyiapkan kopi dan hidangan lainnya… sambil berbagi cerita yang kadang mengundang tawa hingga nuansa keakrabanpun semakin terasa.

Mendekati terbitnya SANG FAJAR satu persatu dari kami mulai dibuai kantuk, namun bukan berarti suasana berubah menjadi sepi.. TIDAK!…. J lantaran dalam tidurpun beberapa teman tetap bersuara, meski suara yang dikeluarkan tidak jelas dan bahkan kadang malah menakutkan.

Jam 5.30 WIB. Kami mulai ngantri untuk mandi, namun gagal untuk melaksanakan YOGA ASANA lantaran kami melihat kondisi ROMO JATI yang amat lelah, maklum beliau sama sekali belum sempat untuk beristirahat. Saat baru saja tiba di Jakarta Beliau langsung “MUPUT” Upacara Pangruwatan dan setelahnya kami ajak ke PURA CARIU hmmm… entah berapa hari sudah beliau tidak tidur dan istirahat.

Selesai sembahyang, kamipun langsung kembali ke Jakarta, dan tiba di Pura Segara sekitar Jam 12.00 WIB. Saat tiba di Pura Segara sudah ada umat yang menjemput Romo Jati untuk keperluan Mlaspas rumah. OH TUHAN…, terbayang dalam benak ini alangkah lelahnya Romo Jati, ditambah lagi sore nanti sekitar jam 17.00 WIB Beliaupun harus bertolak ke TENGGER-Jawa Timur. Tak salah rasanya bila kami menjuluki Romo Jati sebagai KEKASIH PARA DEWA..