March 24, 2008

Upacara Mlaspas Pura Budaya Jaya Sangga Buana

Berawal dari kunjungan persaudaraan ke komunitas suku dayak hindu budha bumi segandu, lahirlah harapan komunitas tersebut untuk lebih mengenal budaya & tradisi Hindu lebih dalam lagi. Maklumlah meski di “gapura padepokan” mereka jelas-jelas tertulis Suku Dayak Hindu Budha, namun mereka bukanlah beragama Hindu ataupun Buddha. Hindu Buddha hanyalah filosofi bagi mereka yang berarti HINDU= saat dalam kandungan dan BUDDHA = saat setelah kelahiran, sedangkan DAYAK sendiri berarti “diayak” jadi secara garis besar dapat ditarik kesimpulan mereka adalah komunitas yang telah diayak/disaring/dipilih oleh alam.


Keinginan mereka untuk mengenal HINDU menggugah kami “Remaja Utara” untuk memfasilitasi. Hingga terbentuklah panitia kecil yang terdiri dari beberapa sukarelawan, meski sempat terseok lantaran terbatasnya dana, namun akhirnya kami berhasil berkat dukungan para sahabat yang juga peduli.


Kami memanfaatkan moment Upacara Mlaspas Pura Budaya Jaya Sangga Buana untuk merealisasi keinginan Suku Dayak Bumi Segandu.


Jumat, 25 Januari 2008 tepat pukul 21.00 WIB. kami berangkat dari Pura Segara Jakarta Utara menuju Losarang-Indramayu dengan bus pariwisata. Berbagai “rasa” berkecamuk dalam hati saat itu, belum terbayang bagaimana terkejutnya umat di Jawa nanti saat tahu ada komunitas dayak diantara mereka.


Bus melaju dengan pasti lantaran kemudi dipegang oleh sopir yang handal. Lubang-lubang yang mengangapun berhasil dihindari tanpa mengganggu kenyamanan kami. Disela kesibukan sopir mengendalikan kemudi, kamipun asyik mendengarkan kidung-kidung yang dilantunkan oleh Romo Jati dan saudara-saudara dari Suku Dayak Bumi Segandu secara bergantian. Saking asyiknya kantuk pun terlupakan. Suasana akrab penuh kasih persaudaraan baluri jiwa hingga lelah raga tak lagi kami hiraukan.


Sabtu, tepat tengah hari, kami tiba di Klaten dan singgah di Candi Banyunibo. Setelah Tri Sandya, panca sembah dan MEDITASI kamipun berdharma tula, saling berbagi pengalaman dalam nuansa saling asih, saling asah dan saling asuh yang dipandu oleh Romo Jati. Setelahnya kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Budaya Jaya Sangga Buana.


Menjelang senja kami tiba di PURA yang terletak di Desa Jabung Kec. Ganti Warno Klaten Jawa Tengah. Setelah menyantap hidangan yang disediakan panitia kamipun segera membaur dengan umat untuk “ngayah” guna melengkapi sarana untuk upacaya mlaspas esok hari. Sebagian dari kami membuat “pajegan” dan sebagian lagi membuat hiasan dari janur ada juga yang membantu menata sesaji.


Keesokan harinya, Upacara Mlaspas digelar dengan Manggala Upacara Romo Pandita Puja Brata Sejati (Romo Jati). Semua berjalan indah, meski Pura Budaya Jaya Sangga Buana terbilang Pura yang sederhana lantaran hanya “disungsung” oleh 5 KK (puluhan lainnya sudah berpindah agama-karena kurangnya pembinaan), namun umat yang hadir saat itu tidak kurang dari 300 jiwa yang berasal dari berbagai desa di kecamatan Ganti Warno dan sekitarnya. Hadir pula saat itu Pedanda Sebali dari Tianyar BALI dan ketua Parisadha Klaten.


Sekitar pukul 14.15 WIB. upacarapun selesai, umat satu persatu beranjak meninggalkan pelataran PURA. Kamipun segera berkemas untuk kembali menuju Jakarta. Dalam perjalanan pulang kami sempatkan mengunjungi Pura Dharma Putra yang terletak di desa Jiwan (masih diwilayah Klaten). Menurut informasi yang kami dapat, umat didesa ini mencapai lebih dari 400KK, namun sayang karena sepertinya jarang ada pejabat setempat ataupun pusat yang melakukan pembinaan di desa ini.


Perjalanan pulang lebih banyak kami lalui dengan diam, bukan lantaran lelah semata, namun terbersit tanya akan asa yang entah akankah dapat terwujud. MUNGKINKAH IMPIAN akan JAYA-nya HINDU akan segera terwujud bila PEMBINAAN terhadap umat-umat terpencil diABAIKAN?


Tepat Jam 00.48 WIB dinihari, kami tiba di Losarang. Rasa haru baluri jiwa kala mesti berpisah dengan saudara-saudara kami Suku Dayak Bumi Segandu. Dan sekitar jam 05.05 WIB. kamipun tiba dengan selamat di Pura Segara Jakarta Utara dan segera bergegas ke lokasi masing-masing untuk kembali melakukan aktivitas rutin.


By: Den Mas Bagus Dhika

March 18, 2008

Bakti Sosial Sebagai Langkah Nyata Penerapan Ajaran TRI HITA KARANA

Masih dalam rangkaian kegiatan “NYEPI” Minggu, 16 Maret 2008 digelar BAKTI SOSIAL yang berupa Pengobatan Masal-GRATIS, yang diselenggarakan di Pura SEGARA tepatnya di Pelataran Balai Duka. Tidak kurang dari 300 orang hadir untuk mendapatkan pelayanan pengobatan gratis. Meski pada awal dibukanya acara terjadi sedikit kesemrautan, namun berkat kesigapan Panitia yang dibantu personil-personil muda KPSHD yang dikomandoi oleh I Wayan Tirta, serta dukungan penuh dari para sukarelawan semuanya dapat berjalan dengan lancar.


Panasnya udara kala itu, tak membuat para dokter-dokter muda nan handal itu mengeluh. Sambil sesekali menyeka peluh salah seorang dokter yang sempat menjadi aktifis di Jakarta Utara ‘dr. Nyoman Adiarthabara’ tetap mampu melayani para pasiennya dengan ramah, pun demikian dengan para dokter dan suster lainnya, semuanya bekerja tanpa pamrih, berbekal sebuah landasan “CINTA” mereka bekerja bahu membahu melayani masyarakat.


Semoga wujud kebersamaan ini senantiasa terpelihara, semoga perbedaan tak menjadikan aura KASIH terkotak-kotak, semoga hubungan manusia dan TUHAN-nya, hubungan manusia dan manusia serta hubungan manusia dengan alam lingkungannya tertata dengan INDAH diatas dasar KASIH semata.







By: Den Mas Bagus Dhika