November 24, 2009

Ksatria


Seorang satria tanpa kuda berlari,
telusuri jalan terjal berliku nan terjal dan penuh duri
demi satu asa, istana impian hati
Napas mulai memburu, terengah..
namun ia tak jua jengah, terlebih putus asa
meski rasa lelah tak terbantah
Sesaat ia memperlambat langkahnya
sambil menanggalkan pakaian perangnya,
langkahnya lebih ringan sekarang
beban pakaian itu demikian berat,
hingga menghambat gerak langkahnya
Seorang Ksatria tanpa kuda dan pakaian perang berlari,
telusuri jalan berliku nan terjal dan penuh duri
demi satu asa, istana impian hati
Peluh telah banjiri sekujur tubuh,
ragapun mulai tampak lusuh,
namun tak jua muncul keluh,
ia tetap teguh
pancangkan tekad dengan kukuh
Kembali ia memperlambat langkah,
sambil menanggalkan pedang pusakanya,
langkahnya semakin ringan
Seorang satria tanpa kuda, pakaian perang dan pedang pusaka
tak lagi berlari,
ia berjalan...
telusuri jalan berliku nan terjal dan penuh duri,
demi satu asa, istana impian hati
Ia berjalan tanpa ambisi,
Ia berjalan bukan lantaran perintah sang raja,
Ia berjalan karena memang harus berjalan,
tak penting lagi baginya, akankah ia tiba di istana impian itu
atau justru mati sebelum tiba
yang ia tahu.., ia harus tetap berjalan.



Jakarta, 30 Oktober 2009

No comments:

Post a Comment

Silahkan ketik komentar ANDA untuk feedback buat kami